Ibarat Roket, Karier Barty Meluncur Kencang Menembus Batas

Bengkel Sarjana -

loading...

BIRMINGHAM - Perjalanan karier Ashleigh Barty ibarat roller coaster alias komidi putar. Petenis asal Australia itu, sempat berada pada titik terendah dalam hidupnya. Pada tahun 2019, Barty tetapkan berhenti sementara dari tenis. Dia merasa kariernya sudah tidak dapat diselamatkan lagi.

Bengkel Sarjana -

Untuk mengisi waktu luang, petenis kelahiran Ipswich, Queensland, Australia, 24 April 1996 itu, alih profesi menjadi atlet kriket profesional. Dia menandatangani kontrak untuk Brisbane Heat di Liga Big Bash Wanita. Namun nalurinya sebagai petenis yang olahraga tersebut sudah ia tekuni semenjak masih kecil, memanggilnya untuk kembali ke lapangan.

Bengkel Sarjana -

Pada pertengan tahun 2019, Barty tetapkan kembali tenis. Meski menjalani semuanya dari nol lagi, namun ia tidak patah semangat. Petenis berusia 23 tahun itu, tidak pernah mangkir disetiap event tenis. Perjuangan keras Barty balasannya menuai hasil manis. Pada tahun 2019, Barty memenangkan gelar WTA pertamanya di Malaysia Terbuka. Posisinya pun naik ke peringkat 17 dunia, itu posisi terbaiknya semenjak berkarier di tenis profesional.

Bengkel Sarjana -

Baca Juga:

Bengkel Sarjana -

Kurun waktu dua tahun, kariernya terus menanjak. Barty meraih gelar juara WTA Elite Trophy 2019, dilanjutkan Miami Terbuka 2019. Puncaknya, ia berhasil meraih prestasi puncak dengan menjuarai Prancis Terbuka 2019 atau Roland Garros. Prestasi ini menciptakan posisinya meroket ke posisi dua dunia. Belum cukup, Barty terus menampilkan performa terbaiknya.

Bengkel Sarjana -

Ibarat roket, ia terus meluncur kencang menembus batas. Pada Minggu (23/6) Barty meraih trofi Birmingham Classic 2019, sesudah di final mengalahkan Julia Gorges 6-3, 7-5. Imbalan setimpal atas prestasi tersebut, posisinya naik menjadi nomor satu dunia menggusur petenis Jepang Naomi Osaka.

Bengkel Sarjana -

Yah, kerja keras dan semangat super tinggi telah mengantarkan Barty pada posisi puncak di tenis. Di usia yang masih muda, ia tidak hanya sukses meraih prestasi hebat, tapi menang melawan ketakutan dalam diri sendiri. Ashleigh Barty menjadi petenis Australia pertama dalam 43 tahun yang mencapai puncak peringkat tunggal dunia.

Bengkel Sarjana -

"Saya sedikit melamun ketika ini. Sudah beberapa ahad saya mengalami diterjang angin puyuh, Anda tahu kan angin puyuh. Saya berhasil melaluinya, itu sungguh luar biasa. Tetapi, prestasi belum apa-apa dibandingkan Evonne (Fay Goolagong Cawley),” ujar Barty ketika presentasi trofi di lapangan sesudah memperpanjang kemenangannya menjadi 12 pertandingan dilansir The Guardian.

Bengkel Sarjana -

“Apa yang Evonne lakukan untuk olahraga kita, untuk orang Australia di seluruh dunia, ia menempatkan kita di peta dan apa yang ia lakukan untuk penduduk orisinil Australia juga sangat luar biasa. Sebagai anak kecil, Anda selalu memimpikan menjadi nomor 1 dunia, tetapi untuk menjadi kenyataan itu luar biasa,” pungkas Barty.

Bengkel Sarjana -

Evonne Fay Goolagong Cawley yaitu perempuan Austalia pertama yang meraih posisi nomor satu dunia pada tahun 1976. Petenis kelahiran Griffith, New South Wales, Australia, 31 Juli 1951 itu, sukses meriah gelar Australia Terbuka (1974, 1975, 1976, 1977), Prancis Terbuka (1971), dan Wimbledon tahun 1971 dan 1980.

Bengkel Sarjana -

(don)

Comments